1962-1966
Terjadi konfrontasi Indonesia-Malaysia sehingga Presiden Soekarno kemudian memproklamirkan “Ganyang Malaysia” pada tanggal 27 Juli 1963, selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1964 Presiden Soekarno megumumkan Dwikora.
Satuan Yonarhanudse 13 dahulunya masih disebut Yonarsuse 13 dibentuk berdasarkan kebutuhan organisasi Artileri TNI AD pada tahun 1965 untuk melindungi objek-objek vital terhadap serangan udara, karena pada masa itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia.
Terjadi konfrontasi Indonesia-Malaysia sehingga Presiden Soekarno kemudian memproklamirkan “Ganyang Malaysia” pada tanggal 27 Juli 1963, selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1964 Presiden Soekarno megumumkan Dwikora.
Berdasarkan radiogram Men/Pangab nomor ST/839/1965 pada tanggal 22 April 1965, tentang dislokasi satuan-satuan Arhanud Ex Proyek 515 Hanudad di Sumatera maka Lettu Art R. Soesanto (yang saat ini Brigjen TNI Purn Roesanto) menerima tugas untuk membawa personil beserta meriam dan perlengkapan dari jawa menuju Riau.
Batalyon Arhanudse (Yonarhanudse) 13/BS resmi dibentuk, meskipun pada saat itu belum ada bangunan permanen yang layak huni. Mayor Art Coleman ditugaskan sebagai Komandan Batalyon untuk memimpin Batalyon Arhanudse 13/BS pertama kalinya bersama Wakil Komandan yaitu Lettu Art Moh Alim.
14 Mei 1966 - 18 Agustus 1967
Mayor Art Coleman ditugaskan sebagai Komandan Batalyon untuk memimpin Batalyon Arhanudse 13/BS pertama kalinya bersama Wakil Komandan yaitu lettu Art Moh Alim.
Batalyon Arhanud 13/PBY resmi menerima senjata baru Rudal Starstreak Lightweight Multiple Launcher (LML) dan Multiple Missile System (MMS) serta Radar Control Master-200 Shikra.
© Batalyon Arhanud 13/PBY